Musi Banyuasin juga memiliki budaya yang khas yang membedakan dari
daerah lainnya. Salah satu diantaranya budaya yang dimiliki masyarakat
Kabupaten Musi Banyuasin ini adalah sastra lisannya. Ada beberapa bentuk
sastra lisan yang dimiliki oleh masyarakat Musi Banyuasin, yaitu Cerita
Rakyat, Nyanyian Rakyat, Bahasa Berirama dan Puisi Rakyat. Puisi Rakyat
juga bermacam-macam, ada yang berupa mantera dan ada pula yang
berbentuk pantun. Ini semua menunjukkan kekayaan spiritual nenek moyang
kite, dalam hal ini masyarakat Musi Banyuasin. Salah satu kesenian yang
terkenal dikalangan masyarakat Musi Banyuasin tempo dulu yaitu kesenian
Senjang.
Belum banyak tulisan yang berbicara tentang sastra rakyat Musi
Banyuasin. Tulisan yang ada hanya terbatas dalam bentuk karya ilmiah
berupa tugas akhir mahasiswa yang tentu saja tidak terpublikasi secara
luas. Ada juga beberapa hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti
dari Universitas Sriwijaya yang bekerjasama dengan Pusat Bahasa,
Departemen Pendidikan Nasional. Publikasinya pun amat terbatas. Makalah
ini tidak akan membicarakan semua bentuk cerita rakyat itu, melainkan
akan membicarakan puisi rakyatnya yang biasa disebut dengan Senjang.
Apa itu senjang
Senjang adalah salah satu bentuk media seni budaya yang menghubungkan antara orang tua dengan generasi muda atau dapat juga antara masyarakat dengan Pemerintah di dalam penyampaian aspirasi yang berupa nasihat, kritik maupun penyampaian strategi ungkapan rasa gembira
Mengapa disebut Senjang
Karena antara lagu dan musik tidak saling bertemu, artinya kalau
syair berlagu musik berhenti, kalau musik berbunyi orang yang bersenjang
diam sehingga keduanya tidak pernah bertemu. Itulah yang disebut
senjang.
Asal Usul Senjang
Kesenian senjang yang merupakan salah satu kesenian khas masyarakat
Kabupaten Musi Banyuasin bermula disalah satu kecamatan yang ada
diwilayah Kabupaten Musi Banyuasin yaitu Kecamatan Sungai Keruh.
Dikecamatan ini lah pertama kali kesenian senjang dipopulerkan, kemudian
mulai dikembangkan ke Kecamatan Babat Toman antara lain Desa Mangun
Jaya. Kecamatan Sanga Desa antara lain Desa Ngunang, Nganti, Sanga Desa
dan terus ke Kecamatan Sekayu. Karena itu irama Senjang dari tiap-tiap
Kecamatan tersebut tidak sama. untuk kecamatan sanga desa yang terkenal
dari desa Ngulak II (arip) dan juga yang paling terkenal dari Desa
Terusan (mat Jening)
Senjang tidak dapat disimpulkan berasal dari kabupaten Musi
banyuasin, Sebab kesenian senjang juga banyak terdapat didaerah lainnya
di bagian hulu sungai musi,diatarnya kab. Musi Rawas,Daerah Rupit,
Rawas, Muara Beliti, Kota Lubuklinggau, Tebingtinggi, Lintang Empat
Lawang, Muara Saling,propinsi Bengkulu daerah Sindang Kelingi, Kota
Padang, Lubuk belimbing, Kepala Curup, Kec. Lembak Kota Bengkulu. Memang
diakui Pelantun Senjang mayoritas Masyarakat dari kab.Musi Banyuasin
tetapi sampai saat ini masih belum dapat disimpulkan secara pasti
Senjang berasal dari daerah yang mana.
Bentuk Senjang
Bila ditinjau dari bentuknya, senjang tidak lain dari bentuk puisi
yang berbentuk pantun (Talibun). Oleh sebab itu, jumlah Liriknya dalam
satu bait selalu lebih dari empat baris. Satu keistimewaan dari kesenian
senjang ini adalah penyajiannya yang kompleks sehingga menarik.
Dikatakan kompleks karena penyajianya selalu dinyanyikan dan diiringi
dengan musik. Akan tetapi, ketika pesenjang melantunkan senjangnya musik
berhenti. Pesenjang biasanya menyanyi sambil menari. Ia dapat
membawakan senjang itu sendirian tetapi tidak jarang pula pesenjang
tampil berdua. Walaupun irama senjang ini pada umumnya monoton, tetapi
juga mengajak audiens terlibat sekaligus terhibur.
Penampilan senjang tampaknya mengalami perkembangan. Pada zaman
dahulu, musik pengiring senjang adalah musik tanjidor. Seiring dengan
perkembangan permusikan dewasa ini, tanjidor sudah nyaris langkah
digunakan, tetapi penggantinya adalah musik melayu atau organ tunggal.
Pada zaman dahulu, penutur senjang biasanya menciptakan senjangnnya
secara spontan, sehingga tema yang akan disampaikan disesuaikan dengan
suasana yang dihadapinya. Akan tetapi, sekarang kepandaian senjang
serupa itu sudah sangat langkah. Pesenjang biasanya menyiapkan
senjangnya jauh hari sebelumnya. Bahkan sering terjadi pesenjang
menuturkan senjangnya dengan melihat teks yang telah dipersiapkan.
Ikatan senjang juga memiliki pola tersendiri. Sebuah senjang biasanya
terdiri dari tiga bagian. Bagian pertama merupakan bagian pembuka.
Bagian kedua merupakan isi senjang yang akan disampaikan. Bagian ketiga
merupakan bagian penutup yang biasanya berisi permohonan maaf dan pamit
dari pesenjang.
Contoh Senjang Bagian pembuka senjang dapat dilihat dari contoh berikut:
Cobo - cobo maen gelumbang Entahke padi entah dedak Bemban burung
pulo lalang Untuk bahan muat keranjang Cobo - cobo kami nak basenjang
Entahke pacak entah dak Kepalang kami telanjur senjang Kalu salah tolong
maaf ke
Contoh bagian isi senjang :
Kalu adek ke Palembang Jangan lali ngunde tajur Tajur pasang di
Sekanak Bawa batang buah Banono Kala adek bajo linjang Jangan sampai
talanjur Kalu rusak lagi budak Alamat idop dak samparno
Contoh bagian penutup senjang:
Kalu nak pegi ke Karang Waru Singgah tegal di Jerambah Pogok Tengah
jalan ke Rantau Kasih Nak pegi ke dusun ulak Kami senjang barenti dulu
Adat karena abis pokok Kami ucapke terime kaseh Maap ke bae kate yang
salah
Fungsi Senjang
Bila dilihat dari penampilan dan isi yang terdapat di dalam sebuah
senjang, tampak ada beberapa fungsi yang terdapat di dalamnya.
Fungsi I, adalah untuk menghibur. Fungsi ini dapat dirasakan ketika
senjang itu akan ditampilkan. Mengapa demikian? ini disebabkan oleh
penampilan senjang selalu diiringi oleh musik yang dinamis. Musik dan
penuturan senjang tampil secara bergantian. Sebelum bagian pembuka ada
musik yang mengiringinya. Antara bagian pembuka dan bagian isi juga
diselingi dengan musik. Antara bagian isi dan bagian penutup pun
diselingi oleh musik. Pada bagian akhir musik akan muncul lagi. Walaupun
irama musiknya yang itu - itu juga, penonton akan merasa terhibur.
Fungsi II adalah untuk menyampaikan nasihat (didaktis). Nasihat ini
tidak hanya ditujukan kepada anak-anak, tetapi juga ditujukan kepada
para remaja bahkan orang tua. Oleh sebab itu senjang sering dituturkan
pada pesta keluarga seperti pesta perkawinan, khitanan dan lain-lain.
Pada kesempatan ini semua keluarga baik tua maupun muda, dewasa maupun
anak-anak berkumpul. Dengan demikian, semua usia tadi dapat menqikuti
penuturan senjang itu. Pesan moral yang dituturkan oleh pesenjang dengan
bernyanyi sambil menari itu cukup menqhibur dan tidak terkesan
menggurui.
Fungsi III adalah sebagai alat kontrol sosial dan politik Fungsi ini
terutama sekali terlihat ketika senjang dituturkan pada acara yang
dihadiri pejabat, baik acara pemerintahan maupun acara kekeluargaan.
Akan tetapi, karena format penyampaiannya selalu didahului dengan
permohonan izin dan maaf dan diakhiri pula dengan permohonan pamit dan
maaf. Serta diiringi dengan musik dan tari yang dilakukan pesenjang,
kontrol, kritik yang disampaikan oleh pesenjang itu menjadi enak
didengar, tidak membuat pihak yang dikontrol atau dikritik tersinggung.
Senjang mengkritik tetapi tidak menyakiti, mengontrol tetapi tidak
menghujat pihak yang dikritiknya.